Kisah Nabi Yusuf as diangkat menjadi menteri mesir
Cerita islami ini merupakan lanjutan dari kisah nabi yusuf sebelumnya yang mengulas perihal mukjizat nabi yusuf. Kisah lanjutan ini ialah mengenai kasih nabi yusuf diangkat menjadi menteri, tentnya dengan izin ALlah SWT, setelah menjadi menteri nabi yusuf dipertemukan kembali dengan saudara-saudara dan ayahnya (nabi ya’qub) setelah lama tidak berjumpa. Simak kisah lengkapnya di bawah ini.
Raja yang memang dikenal bisa berbicara lebih dari satu bahasa semakin kagum dengan wawasan luas yang dimiliki oleh Nabi Yusuf as dan kedalaman ilmunya yang mengesankan. Kemudian pembicaraan merambah pada dilema mimpi. Nabi Yusuf as menasehati raja semoga memulai rencana yang sempurna untuk mengumpulkan makanan dan penyimpanannya dalam rangka menghadapi tahun tahun kekurangan makanan. Nabi Yusuf as memperlihatkan pengertian kepada raja bahwa kelaparan akan melanda Mesir dan juga kota kota di sekitarnya. Oleh alasannya ialah itu, negeri mesir harus bersiap mengadapi suasana yang sualit nantinya, demikian negeri negeri di sekitarnya.
kisah nabi yusuf menjadi menteri – Raja mengunggkapkan bahwa sulit untuk menerima kejujuran dari kelompok yang bergaya hidup mewah yang ada di sekitarnya. Nabi Yusuf pun berkata “Kalau begitu jadikanlah saya sebagai pengawas yang sangat teliti dari berpengatahuan.” Tentunya Nabi Yusuf mengatakan hal itu bukan untuk mendapat keuntungan pribadi. Namun ia ingin memikul amanat untuk memperlihatkan makan bagi masyarakat yang lapar selama tujuh tahun. Yaitu masyarakat yang seandainya mereka lapar, maka penguasa dapat mempermainkan mereka. Dalam hal ini sebarnya terdapat pengorbanan Nabi Yusuf as.
Nabi Yusuf menjadi menteri
Beberapa ketika kemudian Nabi Yusuf berada di daerah yang diusulkan. Itulah cara Tuhan memberikannya kedudukan penting di negeri mesir. Ia menjadi orang yang bertanggung jawab pada pengelolaan kekayaan mesir dan perekonomiannya. Ia menjadi ketua para menteri besar. Beliau mendapat dua peran sekaligus, yaitu sebagai kepala pemerintahan dan kepala urusan logistik.
Yusuf merupakan orang yang terpercaya dan jujur. Sehingga selama ia duduk di dingklik pemerintahan maka tidak perlu ada yang dikawatirkan. Kemudian masa paceklik itu pun tiba. Dan itu tidak dilema bagi negeri mesir, alasannya ialah persediaan telah disediakan oleh Nabi Yusuf yang bisa menjamin dengan baik rakyat mesir selama tujuh tahun berturut-turut.
Saat itu kelaparan dan paceklik tidak hanya terjadi pada negeri mesir, namun terjadi juga di negeri di dekatnya, menyerupai Negeri kan’an yang ditempati ayah dan saudara saudaranya itu Nabi Ya’qub as dan saudara saudarnya juga mengalami masa susah pangan.
Nabi Yusuf berjumpa lagi dengan saudaranya
Rakyat yang tinggal di negeri sekitar mesir juga meminta pertolongan ke mesir, tidak terkecuali saudara-saudara Yusuf yang dulu pernah membuangnya. Mereka berbaris dalam rombongan orang orang yang membutuhkan. Ketika itu Nabi Yusuf berada di singgasana mesir sebagai seorang penguasa yang memerintah. Nabi yusus as bergebas untuk menjamin kelangsungan kehidupan manusia. Ia dikelilingi oleh para menterinya, orang-orang penting dan para tentara. Nabi Yusuf bisa mengenali saudara-saudaranya, namun mereka tidak mengenali Nabi Yusuf. Keadaan di daerah tinggal mereka sungguh menyusahkan sehingga mereka datang dari palestina untuk mencari perlindungan makanan di negeri mesir.
kisah nabi yusuf menjadi menteri – Kemudian terjadilan percakapan antara Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya yang berjumlah 10 orang itu, namun mereka masih belum mengenali Nabi Yusuf. Mereka berjumlah 10 orang namun mereka membawa 11 untah. Nabi Yusuf as bertanya pada mereka melalui salah satu penerjemah semoga ia tidak berbcara dengan bahasa mereka, Yusuf menggunakan bahasa ibrani.
“Undang-undang kita memutuskan untuk memperlihatkan makanan pada setiap orang sesuai dengan kemampuan untua untuk mengangkut makanan itu. Berapa jumlah kalian ?” mereka menjawab : “Sebelas orang”. Nabi Yusuf berkata kepada penerjemah : “Katakan pada mereka bahasa kalian berbeda dengan bahasa kami dan pakaian kalian berbeda dengan pakaian kami. Barang kali kalian ialah mata-mata”. Mereka menjawab “Demi Tuhan kami bukan distributor rahasia tetapi kami ialah keturunan dari seorang ayah yang baik.” Kemudian Yusuf bertanya : “Kalian mengatakan bahwa kalian sebelas. Padahal jumlah kalian sepuluh”
Kemudian sodaranya itu menjawab : “sebenarnya kami ialah dua belas saudara, seorang saudara kami meninggal di daratan dan kami mempunyausaudara yang lain yang sangat dicintai (Bunyamin) oleh orang bau tanah kami dan ia tidak bisa untuk berpisah dengannya. Oleh alasannya ialah itu kami datang dengan membawa untanya sebagai ganti darinya”. Nabi Yusuf as berkata : “Bagaimana saya bisa memasmtikan kejujuran kalian?” Kemudian mereka menjawab : “Pilihlah, sesuatu yang engkau dapat menimbulkan hening dengannya” Nabi Yusuf berkata :” Undang-undang kami menetapkan untuk tidak memeberikan makanan kepada seseorang yang tidak ada. Karena itu, datangkanlah saudara kalian semoga saya dapat memberinya makanan. Tidakkah kalian mengetahui bahwa saya menegakkan timbangan dengan jujur?”
kisah nabi yusuf menjadi menteri – Demikian dialog terus berlangsung antara saudara-saudara Yusuf dan Yusuf. Kemudian Nabi Yusuf memberitahu kepada mereka bahwa kali ini mereka menerima pengecualian atau keringanan dan keistimewaan. Tetapi, kalau pada waktu yang akan datang mereka datang tanpa membawa saudara, mereka maka Nabi Yusuf tidak akan memberi mamkanan pada mereka. Mereka berkata kepadanya, bahwa kami akan berusaha memuaskan ayah kami atau meyakinkan ayah kami untuk mempercayakan saudara kami itu bersama kami.
Saudara-saudara Yusuf kembali pulang dan menemui ayah mereka. Sebelum mereka menurunkan muata yang dibawa oleh untah mereka masuk menemui ayah mereka : “Sungguh kami tidak menerima gandum. Ini terjadi alasannya ialah engkau melindungi dan mempertahankan anakmu”. Mereka mengatakan “Kami tidak akan memperlihatkan makanan bagi yang tidak hari. Mengapa engkau tidak merasa aman ketika kami membawahnya? Biarkanlah ia pergi bersama kami dan sesunguhnya kami akan menjaganya”. Jelas sekali bahaw dialog tersebut bertujuan untuk memojokkan si ayah dan membebankan tanggung jawab kepadanya dalam hal ketidakmampuan mereka memperoleh makanan. Namun si ayah menjawab dengan sopan santun para Nabi. Ia berkata bahwa ia merasa aman terhadap mereka tas anaknya yang kecil sebagaimana kekahwatiran terhadap Nabi Yusuf as sebelumnya. Dan ia tidak perduli atau tidak begitu yakin dengan ucapannya.
Anak-anak itu membuka wadah-wadah yang mereka bawa untuk mengeluarkan biji-bijian makanan yang ada di dalamnya. Tiba tiba mereka menerima barang-barang mereka telah dikembalikan bersama makanan. Pengembalian harga menunjukkan ketidakinginan untuk menjual atau itu semacam peringatan dan barangkali itu merupakan hal yang mengganggu mereka semoga mereka kembali membenarkan harga pada kali yang kedua. Melihat hal tersebut, anak anak itu segera menuju ke ayah mereka sambil mengatakan : “wahai ayah kami, kami tidak berbuat aniaya dan kami tidak berbohong kepadamu. Sungguh harga yang telah kami beli dikembalikan kepada kami. Ini berarti bahwa mereka tidak akan menjual kepada kami kecuali kalau saudara kami pergi bersama kami”
Percakapan antara anak anak dan ayah mereka terus berlanjut. Mereka memperlihatkan pengertian kepada ayhnya bahwa kecintaanya kepada seorang anaknya dan kekerabatan dekatnya justru mengorbankan kepentingan mereka dan menjatuhkan perekonomia mereka. Mereka ingin untuk menambah perbekalan mereka dan mereka berjanji akan menjaga saudara mereka dengan penjagaan yang sangat ketat. Akhirnya sang ayah menyetujui undangan mereka dengan syarat mereka berjanji untuk membawa anaknya pula kecuali kalau mereka dikepung musuh dan mereka tidak bisa menyelamatkannya. Si ayah menasehati mereka untuk tidak masuk alasannya ialah mereka berjumlah sebelah orang dari satu pintu dari pintu pintu mesir sehingga tak seorang pun yang menaruh kecurigaan. Sepertinya sang ayah mengkhawatirkan akan terjadi pencurian atau kedengkian
Setelah mereka datang segera menghadap raja, dan gres saja mereka menghadap Nabi Yusuf as melihat saudaranya (Bunyamin) turut serta, sehingga ia merasa gembira. Mereka disuruh duduk bersama raja untuk djamu dengan baik. Dengan perlakuan raja yang baik hati ini, bunyamin menangis terharu dan ingat akan saudaranya yaiti Yusuf. Dengan tangis yang tersedu-sedu bunyamin berkat “Kalau Yusuf masih ada, tentu dialah yang duduk disampingku ini”
Setelah mereka cukup lama bertemu dengan raja, mereka pulang dengan membawa perbekalanan yang cukup dan lebih cukup dibandingkan sebelumnya. Ketika memperlihatkan perbekalan dan materi makanan itu, Nabi Yusuf as memerintahkan kepada bawahannya untuk memasukkan timbangan miliki negara ke dalam barang yang dibawa oleh bunyamin secara diam-diam.
Belum lama mereka berangkat keluar dari kota mesir, tiba tiba mereka ditahan untuk diperiksa barang-barang yang dibawanya. Dalam pemeriksaan ini ternyata terdapat alat timbangan negara yang sedang dicari-cari. Karena inilah mereka ditahan tidak boleh pulang ke negeri Kan’a untuk diusut perkaranya
Mengalami peristiwa ini tentunya mereka gelisah dan susah sekali, mereka berkata kepada Nabi yusf as : “Ya tuanku, ayah kami sudah sangat tua, sudah melewati 80 tahun dan kami tidak dapat berpisah alasannya ialah kami selalu menjaga akan keselamatan beliau. Kami ini bukan pencuri, izinkanlah kmembawa ayah kami sebagai saksi akan kebenaran kami, alasannya ialah kami dari keturunan orang yang baik baik. Atau izinkanlah kami pulang dulu dan ambilah seorang diantara saudara kami untuk menggantikannya dan kami percaya bahwa tuanku ialah orang yang baik hati”
Nabi Yusuf as berkata : “Saya berlindung kepada Tuhan dan tidaklah saya akan menghukum orang yang tidak bersalah, kalau demikian, tentulah kami orang yang aniaya”
Saat mereka telah putus asa, mereka kemudian saling berbisik bisik dan berkatalah orang yang tertua dari mereka yaitu Yahuza : “Sekali kali saya tidak akan pulang kembali sebelum mendapat izin dari ayah. Kembalilah kau semua. Dan ceritakanlah kepada ayah perihal peristiwa ini”
Setelah mereka hingga di rumah mereka menceritakan apa yang terjadi pada ayah mereka. Lalu Ayah mereka, yaitu Nabi Ya’qub as berpaling dari mereka, seraya berkata dalam hati “Alangkah dukacitaku mengenang Yusuf, telah rabun mataku alasannya ialah dukacita itu.” Rasa mara Nabi ya’qub terhadap anak-anaknya ditahan dalam hati.
Melihat hal itu, kemudian mereka berkata pada sang ayah “Ayah janganlah selalu ingat pada Yusuf saja, nanti ayah mendapat sakit dan meninggal dunia”
Nabi ya’qub as kemudian berkata “Aku ini hanya mengadukan sedih citaku kepada Allah, dan saya mengetahui dari Tuhan perihal apa yang tidak kau ketahui”
Mereka lalu meminta izin untuk berangkt kembali ke mesir menghadap raja untuk memohon kepada raja semoga saudara mereka yang ditahan dapat dibebaskan.
Ketika mereka menghadap raja, ketika itu Nabi Yusuf berpendapat bahwa sudah tiba saatnya untuk membuka rahasianya untuk mengakui kepada saudara-saudaranya bahwa dia ialah Yusuf, semoga mereka mengakui atas kebenaran dan kesalahan yang telah mereka perbuat.
Nabi Yusuf as menceritakan apa yang pernah mereka laukan sewaktu kecil, semua kejadian diceritakan oleh Nabi Yusuf as. Mendengar apa yang deceritakan oleh Yusuf tersebut membuat mereka tercengang. Dari siapakah pembesar ini mengetahui peristiwa itu, alasannya ialah tidak ada seorang pun yang tau apa yang telah mereka lakukan pada masa lampau
Kemudian mereka memperhatikan gerak gerik raja itu, kemudian memperhatikan bentuk badan dan keadaannya, dibandingkan dengan badan Nabi Yusuf as semaca kecil, jadinya mereka yakin bahwa ciri ciri yang terdapat pada pembesar ini memang menyerupai dengan Nabi Yusuf as. Mereka bertanya “Apakah kiranya tuan ini Yusuf?” dengan segeran Nabi Yusuf as menjawab “Benar saya ini Yusuf, dan ini bunyamin saudaraku sendiri, Tuhan telah mempertemukan kami, alasannya ialah Tuhan tidak akan menyianyiakan pahala orang yang berbakti”
Mereka berkata “Demi Allah, sesungguhnya dia telah melebihkan engkau dari kami, dans sesungguhnya kami orang-orang yang berdosa”
Nabi Yusuf kemudian berkata pada mereka “Aku tidak akan bertindak apa apa kepada kalian, Tuhan telah mengampuni segala dosamu, Tuhan Maha Pengampun lagi maha pengasih”
Mendengarkan dongeng perihal Nabi Yusuf itu, sang ayah sangat besar hati sekali dan ujarnya “apa yang telah terjadi, mari kita lupakan, dan kami mohn ampunan kepada Allah, semoga Tuhan mengampuni segala dosa dosamu, begitu pula dosaku sendiri, alasannya ialah Tuhan pemberi ampn dan maha pengasih. Mari kita bersama sama berangkat ke mesir.”
Ketika Nabi Yusuf as melihat ayahnya datang dan sedang dikelilingi saudara-saudaranya yang berjumlah sebelas orang, mereka semua sujud di impian Nabis Yusuf as, lalu Nabi Yusuf bangkit dengan hormatnya.
Seketika itu Nabi Yusuf as juga mengadahkan kedua tangannya ke langit, ia bersyukur atas nikmat dan karunia Allah, sebagaimana dterangkan dalam Al Qu’ran :
“Ya Tuhanku, sesungguhnya engkau telah menganugrahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta’biar mimpi. (Ya Tuhan) pencipta langit dan bumi. Engkaulah perlindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah saya dalam keadaan islam dan gabungkanlah saya dengan orang-orang saleh (Qs. 12 : 101)
Itulah kisah dongeng Nabi Yusuf as yang dimulai dengan penderitaan yang bertubi tubi yang ia terima dengan sabar dan penuh kesabaran. Namun segala penderitaannya lenyap dan Tuhan mengangkat Nabi Yusuf as menjadi pembesar di Mesir dan jadinya ia menjadi raja. Nabi Yusuf as meninggal dunia pada usia 110 Tahun. Semoga kita dapat mengambil banyak pesan tersirat dari dongeng Nabi Yusuf di atas. Aamiin.
Sumber Dari; ceritaislami
0 Response to "Kisah Nabi Yusuf Menjadi Menteri – Bertemu Saudara dan Nabi Ya’qub Ayahnya"
Posting Komentar