Kisah Biografi Sejarah Usaha Raden Dewi Sartika Satria Nasional Perempuan Bandung, Jawa Barat

Kisah Biografi Sejarah Perjuangan Raden Dewi Sartika Pahlawan Nasional Wanita Bandung Kisah Biografi Sejarah Perjuangan Raden Dewi Sartika Pahlawan Nasional Wanita Bandung, Jawa Barat
Kisah Biografi Sejarah Perjuangan Raden Dewi Sartika Pahlawan Nasional Wanita Bandung, Jawa Barat Kisah Biografi Sejarah Perjuangan Raden Dewi Sartika Pahlawan Nasional Wanita Bandung Kisah Biografi Sejarah Perjuangan Raden Dewi Sartika Pahlawan Nasional Wanita Bandung, Jawa Barat

Raden Dewi Sartika ialah seorang tokoh Pahlawan Nasional Wanita dalam dunia pendidikan .

Dewi Sartika berjuang keras dalam mewujudkan pendidikan yang layak bagi kaum perempuan pada dikala itu, yang di mana pada dikala itu perempuan masih belum mendapat pendidikan yang layak sehingga mengakibatkan kaum perempuan pada dikala itu sering dipandang remeh oleh kaum pria yang berpendidikan tinggi.

Dewi Sartika lahir pada tanggal 4 Desember di Bandung, Jawa Barat. Orang tuanya berasal dari priyayi Sunda, yang berjulukan Raden Somanagara dan Raden Ayu Rajapermas.

Ayahnya merupakan pejuang kemerdekaan pada masa itu. Kedua orang tuanya bersikeras untuk menyekolahkannya Dewi Sartika di Sekolah Belanda walaupun hal tersebut bertentangan dengan budaya budbahasa pada waktu itu.

Saat menjadi patih di Bandung, Raden Somanagara menentang Pemerintah Hindia-Belanda, yang mengakibatkan istrinya dibuang di Ternate. Dewi diasuh oleh pamannya yang merupakan abang dari ibunya, yang berjulukan Arya yang pada dikala itu menjabat sebagai Patih di Cicalengka.

Raden Dewi Sartika diasuh oleh pamannya karena ayahnya meninggal dunia dan juga ibunya yang telah diasingkan ke Ternate.

Biodata Dewi Sartika Lengkap
Nama lahir : Dewi Sartika
Tanggal lahir : 4 Desember 1884
Tempat lahir : Cicalengka, Bandung, Jawa Barat
Meninggal : 11 September 1947, Jawa Barat, Indonesia
Kebangsaan : Indonesia
Pasangan/Suami Dewi Sartika: R. Kd. Agah Suriawinata (m. 1906)
Orang bau tanah Dewi Sartika : Raden Ayu Rajapermas, Raden Rangga Somanagara
Dikenal sebagai : Pahlawan Nasional; Perintis pendidikan wanita


Sejak kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan talenta pendidik dan kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung kepatihan, ia sering memperagakan praktik di sekolah, berguru baca-tulis, dan bahasa Belanda, kepada bawah umur pembantu di kepatihan. Papan bilik sangkar kereta, arang, dan potongan genting dijadikannya alat bantu belajar.

Waktu itu, Dewi Sartika gres berumur sekitar sepuluh tahun, ketika Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca-tulis dan beberapa patah kata dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh bawah umur pembantu kepatihan. Gempar, alasannya waktu itu belum ada anak (apalagi anak rakyat jelata) yang mempunyai kemampuan menyerupai itu, dan diajarkan oleh seorang anak perempuan.

Setelah remaja, Dewi Sartika kembali lagi kepada ibunya di Bandung. Jiwanya yang telah cukup umur semakin menggiringnya untuk mewujudkan cita-citanya. Hal ini didorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara, yang memang mempunyai keinginan yang sama. Tetapi, meski keinginan yang sama dimiliki oleh pamannya, tidak menjadikannya serta merta sanggup mewujudkan cita-citanya. Adat yang mengekang kaum perempuan pada waktu itu, menciptakan pamannya mengalami kesulitan dan khawatir. Namun alasannya kegigihan semangatnya yang tak pernah surut, karenanya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan.

Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, dari pernikahannya itu ia mempunyai putra berjulukan R. Atot, yang merupakan Ketua Umum BIVB, sebuah klub sepak bola yang merupakan cikal bakal dari Persib Bandung. Suami dari Dewi Sartika mempunyai visi dan harapan yang sama dengan Dewi Sartika, guru di sekolah Karang Pamulang, yang dikala itu merupakan sekolah Latihan Guru.

Dewi Sartika mendapat pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda dari pamannya. Ia juga berwawasan kebudayaan Barat yang didapatkannya dari seorang nyonya Asisten Residen berkebangsaan Belanda. Ia menunjukkan potensinya dalam dunia pendidikan dikala masih kecil. Hal tersebut didukung oleh kegemarannya yang sering memperagakan praktik yang ia terima di sekolah, berguru membaca-menulis, dan bahasa Belanda, yang ia ajarkan kepada bawah umur pembantu di kepatihan, ia melakukannya sambil bermain di belakang gedung kepatihan. Sederhana saja, alat yang ia gunakan ialah papan bilik sangkar kereta, arang, dan potongan genting yang dijadikannya sebagai alat bantu belajar.

Anak-anak pembantu yang ada di Kepatihan bisa untuk membaca, menulis beberapa kata dalam bahasa Belanda yang menciptakan masyarakat di Cicalengka gempar. Masyarakat di sana kaget alasannya pada waktu itu belum ada anak (anak rakyat jelata) yang mempunyai kemampuan menyerupai itu. Mereka mempunyai kemampuan tersebut alasannya diajari oleh Dewi Sartika.


Kegigihan dalam berusaha tidak akan pernah menghianati, hasilnya Dewi Sartika berhasil mendidirikan sebuah sekolah yang dikhususkan untuk kaum wanita. Materi yang ia ajarkan masih sedikit hanya meliputi: merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis, yang bertujuan untuk menciptakan perempuan mempunyai keterampilan.

Pada tanggal 16 Januari 1904, sesudah berkonsultasi dengan Bupati R.A.A Martanagara, Dewi Sartika membuka sebuah sekolah yang berjulukan Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama yang ada di Hindia-Belanda. Sakolah Istri yang bertempat di ruangan pendopo kabupaten Bandung, ia dibantu oleh dua saudara sepupunya, yaitu Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid dalam mengajar. Murid angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang.

Pada tahun 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga membuatnya pindah lokasi ke Jalan Ciguariang, Kebon cau. Tempat ini dibeli oleh Dewi Sartika dengan uang tabungannya dan derma dana langsung dari Bupati Bandung. Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawati. Suaminya juga seorang guru di sekolah Karang Pamualang, yang dikala itu merupakan sekolah Latihan Guru. Dari komitmen nikah tersebut mereka mempunyai putra berjulukan R. Atot, yang merupakan Ketua Umum BIVB, sebuah klub sepak bola yang merupakan cikal bakal dari Persib Bandung.

Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah Pasundan bermunculan beberapa Sakola Istri, yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang mempunyai harapan yang sama dengan Dewi Sartika. Lulusan pertama dari Sakola Istri, yaitu pada tahun 1909.

Pada tahun 1912, sudah bangun sembilan Sakola Istri di setengah dari seuruh kota-kota kabupaten Pasundan. Tahun 1914, Sakola Istri berganti nama menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan). Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum mempunyai Sakola Kautamaan Istri hanya tinggal 3/4. Pada tahun 1920 seluruh wilayah Pasundan lengkap mempunyai Sakola Kautamaan Istri. Sakola Istri juga didirikan di Bukittinggi, yang didirikan oleh Encik Rama Saleh.

Pada bulan September 1929, sempurna dikala Sakola Kautamaan Istri berusia 25 tahun, Dewi Sartika mengadakan peringatan atas pendirian sekolah tersebut dan juga pada dikala itu Sakola Kautamaan Istri berganti nama menjadi Sakola Raden Dewi. Atas dedikasinya dalam bidang ini, ia dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Dewi Sartika meninggal pada tanggal 11 September 1947 di Tasikmalaya. Di makamkan di pemakamanan Cigagadon Desa Rahayu Kecamatan Cincem. Tiga tahun kemudia di makamkan kembai di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Kabupaten Bandung.

Dedikasinya dalam mencerdaskan bangsa dan perjuangannya dalam pendidikan di Indonesia. Ia diberi gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar kehormatan tersebut diberikan pada tanggal 1 Desember 1966.

Demikian Kisah Biografi Sejarah Perjuangan Raden Dewi Sartika Pahlawan Nasional Wanita Bandung, Jawa Barat

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Biografi Sejarah Usaha Raden Dewi Sartika Satria Nasional Perempuan Bandung, Jawa Barat"

Posting Komentar