Kisah Contoh Nabi Yunus As Yang Ditelan Ikan Alasannya Yakni Meninggalkan Kaumnya

Kisah Teladan Nabi Yunus as yang ditelan Ikan lantaran meninggalkan kaumnya Kisah Teladan Nabi Yunus as yang ditelan Ikan lantaran meninggalkan kaumnya
Kisah Teladan Nabi Yunus as yang ditelan Ikan lantaran meninggalkan kaumnya  Kisah Teladan Nabi Yunus as yang ditelan Ikan lantaran meninggalkan kaumnya Kisah Teladan Nabi Yunus as yang ditelan Ikan lantaran meninggalkan kaumnya

Nabi Yunus ialah salah seorang nabi dan Rasuk Yang Mahakuasa SWT yang ditugaskan berdakwah kepada orang Assyiria di Ninawa-Iraq. Namanya disebutkan sebanyak 6 kali di dalam Al-Quran dan wafat di Ninawa-Iraq.

Yunus bin Amitai (Matta) ialah nabi yang hidup pada masa pemerintahan Yerobeam II (786-746 SM). Raja ini memperluas perbatasan negerinya dari Hamat hingga Laut Mati.

Ibnu Sa'd menyampaikan bahwa Yunus bin Matta dari keturunan Benyamin bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim.Beliau ialah Nabi yang mulia yang bemama Yunus bin Mata. Mereka menamakannya Yunus, Dzun Nun, dan Yunan.

Beliau ialah seorang Nabi yang mulia yang diutus oleh Yang Mahakuasa s.w.t kepada kaumnya. Beliau menasihati mereka dan membimbing mereka ke jalan kebenaran dan kebaikan; ia mengingatkan mereka akan kedahsyatan hari selesai zaman dan menakut-nakuti mereka dengan neraka dan mengiming-imingi mereka dengan syurga; ia memerintahkan mereka dengan kebaikan dan mengajak mereka hanya menyembah kepada Yang Mahakuasa s.w.t.

Nabi Yunus senantiasa menasihati kaumnya namun tidak ada seorang pun yang beriman di antara mereka. Datanglah suatu hari kepada Nabi Yunus di mana ia mencicipi keputusasaan dari kaumnya. Hatinya dipenuhi dengan perasaan murka pada mereka namun mereka tidak beriman. Kemudian ia keluar dalam keadaan murka dan memutuskan untuk meninggalkan mereka. Yang Mahakuasa s.w.t menceritakan hal itu dalam firman- Nya:

"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, kemudian ia menyangka bahawa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya) maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: 'bahawa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, bahu-membahu saya termasuk orang-orang yang zalim.'" (QS. al-Anbiya': 87)

Tidak ada seorang pun yang mengetahui gejolak perasaan dalam diri Nabi Yunus selain Yang Mahakuasa s.w.t. Nabi Yunus tampak terpukul dan murka pada kaumnya. Dalam keadaan demikian, ia meninggalkan kaumnya. Beliau pergi ke tepi maritim dan menaiki bahtera yang sanggup memindahkannya ke tempat yang lain. Yang Mahakuasa s.w.t belum mengeluarkan keputusan-Nya untuk meninggalkan kaumnya atau bersikap frustasi dari kaumnya. Yunus mengira bahawa Yang Mahakuasa s.w.t mustahil menurunkan eksekusi kepadanya kerana ia meninggalkan kaumnya. Saat itu Nabi Yunus seolah-olah lupa bahawa seorang nabi diperintah hanya untuk berdakwah di jalan Yang Mahakuasa s.w.t. Namun keberhasilan atau tidak keberhasilan dakwah tidak menjadi tanggungjawabnya. Jadi, tugasnya hanya berdakwah di jalan Yang Mahakuasa s.w.t dan menyerahkan sepenuhnya problem keberhasilan atau ketidakberhasilannya terhadap Yang Mahakuasa s.w.t semata.

Terdapat bahtera yang berlabuh di pelabuhan kecil. Saat itu matahari tampak akan tenggelam. Ombak memukul tepi pantai dan memecahkan batu-batuan. Nabi Yunus melihat ikan kecil sedang berusaha untuk melawan ombak namun ia tidak mengetahui apa yang dilakukan. Tiba- tiba datanglah ombak besar yang memukul ikan itu dan menimbulkan ikan itu berbenturan dengan batu. Melihat bencana ini, Nabi Yunus mencicipi kesedihan. Nabi Yunus berkata dalam dirinya: "Seandainya ikan itu bersama ikan yang besar barangkali ia akan selamat. Kemudian Nabi Yunus mengingat-ingat kembali keadaannya dan bagaimana ia meninggalkan kaumnya. Akhirnya, kemarahan dan kesedihan ia bertambah.

Nabi Yunus pun menaiki bahtera dalam keadaan guncang jiwanya. Beliau tidak mengetahui bahawa ia lari dari ketentuan Yang Mahakuasa s.w.t menuju ketentuan Yang Mahakuasa s.w.t yang lain; ia tidak membawa makanan dan juga kantong yang berisi bawaan atau perbekalan, dan tidak ada seorang pun dari teman-temannya yang menemaninya; ia benar-benar sendirian; ia melangkahkan kakinya di atas permukaan perahu.

Si nahkoda bahtera bertanya kepadanya: "Apa yang engkau inginkan?" Mendengar pertanyaan itu, Nabi Yunus pun bangkit: "Saya ingin untuk bepergian dengan perahu-perahu kalian. Apakah kita berlayar dalam waktu yang lama?" Nabi Yunus menampakkan bunyi yang penuh kemarahan, rasa takut, dan kegelisahan. Nahkoda itu berkata sambil mengangkat kepalanya: "Kita akan berlayar meskipun air tampak sedang pasang." Nabi Yunus berkata dengan mencoba sabar dan menyembunyikan kegelisahannya: "Tidakkah engkau mendahului supaya jangan hingga pasang itu terjadi wahai tuanku?" Si nahkoda berkata: "Laut kita biasanya terkena pasang, maka ia akan segera mereda ketika melihat seorang musafir yang mulia." Yunus bertanya: "Aku akan pergi bersama kalian dan berapa ongkos perjalanan?" Si nahkoda menjawab: "Kami tidak mendapatkan ongkos selain emas." Yunus berkata: "Tidak jadi masalah."

Nahkoda itu memperhatikan Nabi Yunus. Ia ialah seorang yang berpengalaman di mana ia sering mondar-mandir dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Seringnya ia mengunjungi suatu tempat ke tempat yang lain menjadikannya seorang lelaki yang bisa menangkap perasaan manusia. Nahkoda itu mencicipi dan mengetahui bahawa Nabi Yunus lari dari sesuatu. Nahkoda itu membayangkan bahawa Nabi Yunus melaksanakan suatu kesalahan tetapi ia tidak berani untuk mengungkapkan kesalahan kepada pelakunya kecuali bila pelakunya seorang yang bangkrut. Ia meminta kepada Nabi Yunus untuk membayar ongkos sebanyak tiga kali lipat dari vang biasa dibayar musafir. Nabi Yunus ketika itu mencicipi kesempitan dalam dadanya dan diliputi dengan kemarahan yang keras dan cita-cita besar lengan berkuasa untuk meninggalkan negerinya sehingga ia pun menunjukkan apa yang diminta oleh si nahkoda.

Nahkoda itu memperhatikan kepingan-kepingan emas yang ada di tangannya dan ia menggigit sebagaiannya dengan giginya. Barangkali ia akan menemukan potongan emas yang palsu namun ia tidak menemukannya. Nabi Yunus hanya berdiri menyaksikan semua itu sementara dadanya tampak terombang-ambing: terkadang naik dan terkadang turun laksana ayunan. Nabi Yunus berkata: "Tuanku tentukan bagiku kamarku. Aku tampak letih dan ingin istirahat sebentar." Si nahkoda berkata: "Memang itu tampak di raut wajahmu. Itu kamarmu," sambil ia menunjuk dengan tangannya. Kemudian Nabi Yunus membaringkan diri di atas kasur dan ia berusaha untuk tidur tetapi usahanya itu sia-sia. Adalah gambar ikan kecil yang hancur berbenturan dengan watu menimbulkan ia tidak sanggup tidur dengan tenang. Nabi Yunus mencicipi bahawa atap kamar akan jatuh menimpa dirinya. Akhirnya, Nabi Yunus tidur di atas kasurnya di mana kedua bola matanya berputar-putar di atas atap kamar tetapi pandangan-pandangannya yang gelisah itu tidak menemukan tempat perlindungan. Tempat tinggalnya di kamar itu dan atapnya dan sisi-sisinya tampak semuanya akan runtuh. Nabi Yunus pun mulai mengeluh dan berkata: "Demikian juga hatiku yang tergantung dalam jiwaku."

Demikianlah, terjadi suatu pergulatan penderitaan yang andal dalam diri Nabi Yunus ketika ia terbaring di atas ranjangnya. Penderitaan yang keras cukup memberatkannya sehingga ia pun bangun kembali dari tempat tidurnya tanpa alasannya ialah yang sanggup dipahami. Dan tibalah waktu pasang. Perahu melemparkan tali-talinya. Kemudian bahtera itu berjalan sepanjang siang dan ia memecah airnya dengan tenang, dan angin pun bertiup padanya dengan sangat lembut dan baik. Lalu kegelapan menyelimuti bahtera itu dan tiba-tiba lautan pun berubah. Bertiuplah angin yang cukup kencang yang sangat mengerikan yang nyaris menghancurkan bahtera dan bergolaklah ombak yang cukup dahsyat laksana orang yang kehilangan akalnya. Ombak itu meninggi bagaikan gunung dan menurun bagaikan lembah.

Mulailah gelombang ombak menyapu permukaan bahtera sehingga para awak bahtera itu pun mulai terkena air. Dan di belakang bahtera itu terdapat ikan paus yang besar yang mulai mengintai. Ia membuka mulutnya. Kemudian terdapat perintah kepada ikan paus itu untuk bergerak menuju permukaan laut. Ikan paus itu menaati perintah dari Yang Mahakuasa s.w.t dan ia segera menuju permukaan laut. Ia mulai mengikuti bahtera itu sebagaimana perintah yang diterimanya. Angin yang keras tetap bertiup kemudian kepala bahtera mengisyaratkan dengan tangannya supaya beban bahtera dikurangi. Dan angin semakin bertiup kencang. Sementara itu, Nabi Yunus mencicipi ketakutan. Dalam tidurnya ia melihat segala sesuatu berguncang di kamarnya. Beliau berusaha berdiri tegak, tetapi tidak mampu. Kemudian kepala bahtera berteriak dan berkata: "Sungguh badai bertiup tidak ibarat biasanya. Bersama kita seseorang lelaki yang salah sehingga kerananya angin ini bertiup dengan kencang. Kita akan melaksanakan undian pada semua awak. Barangsiapa yang namanya keluar kami akan membuangnya ke lautan."

Nabi Yunus mengetahui bahawa ini ialah tradisi dari tradisi-tradisi yang biasa dilakukan oleh awak bahtera bila mereka menghadapi angin yang keras. Tetapi ketika itu ia terpaksa harus meng-ikutinya. Episode penderitaan Nabi Yunus akan dimulai. Beliau ialah seorang Nabi yang mulia tetapi harus tunduk pada aturan ala berhala yang menganggap bahawa lautan memiliki tuhan. Dengan kepercayaan itu, mereka meyakini bahawa bertiupnya angin yang kencang akhir murka dari tuhan. Oleh kerana itu, harus diadakan upaya untuk menenangkan dan memuaskan tuhan-tuhan yang mereka yakini itu. Nabi Yunus pun terpaksa mengikuti undian itu. Nama ia dimasukkan bersama dengan nama penumpang lainya, dan dilakukanlah undian. Yang keluar justru namanya. Lalu diadakan undian yang kedua, dan kali ini pun yang keluar nama Nabi Yunus. Akhirnya, diadakan undian yang ketiga. Lagi-lagi yang keluar nama Nabi Yunus. Kemudian ditetapkan bahawa Nabi Yunus harus dibuang ke lautan. Saat itu para awak penumpang memperhatikan Nabi Yunus. Nabi Yunus mengetahui bahawa ia berbuat kesalahan ketika meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. Nabi Yunus mengira bahawa Yang Mahakuasa s.w.t tidak akan menurunkan eksekusi padanya. Namun ia dianggap salah kerana meninggalkan kaumnya tanpa izin-Nya. Yang Mahakuasa s.w.t menunjukkan pelajaran kepadanya.

Nabi Yunus berdiri di samping bahtera dan melihat lautan yang dipenuhi dengan ombak yang mengerikan. Dunia ketika itu gelap dan di sana tidak ada cahaya bulan. Bintang-bintang bersembunyi di balik kegelapan. Warna air tampak gelap dan hawa hirau taacuh menembus tulang. Alhasil, air menutupi segala sesuatu. Kemudian nahkoda bahtera berteriak: "Lompatlah wahai musafir yang misterius." Tiupan angin semakin kencang. Nabi Yunus berusaha menjaga keseimbangannya, dan ia menampakkan keberaniannya ketika ingin terjun ke lautan. Nabi Yunus pun terjun dan berada di permukaan lautan laksana sampang yang mengambang. Ikan paus berada di depannya. Ikan itu mulai tersenyum kerana Yang Mahakuasa s.w.t telah mengirim padanya makanan malam. Kemudian ikan itu menangkap Nabi Yunus di tengah-tengah ombak. Kemudian ikan itu kembali ke dasar lautan. Ikan itu kembali dalam keadaaan puas sesudah memenuhi perutnya.

Nabi Yunus sangat terkejut ketika mendapati dirinya dalam perut ikan. Ikan itu membawanya ke dasar lautan dan lautan membawanya ke kegelapan malam. Tiga kegelapan: kegelapan di dalam perut ikan, kegelapan di dasar lautan, dan kegelapan malam. Nabi Yunus mencicipi bahawa dirinya telah mati. Beliau mencoba menggerakan panca inderanya dan anggota tubuhnya masih bergerak. Kalau begitu, ia masih hidup. Beliau terpenjara dalam tiga kegelapan.

Yunus mulai menangis dan bertasbih kepada Allah. Beliau mulai melaksanakan perjalanan menuju Yang Mahakuasa ketika ia terpenjara di dalam tiga kegelapan. Hatinya mulai bergerak untuk bertasbih kepada Allah, dan lisannya pun mulai mengikutinya. Beliau mengatakan: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah. Wahai Yang Maha Suci. Sesungguhnya saya termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." (QS. Hud: 87)

Ketika terpenjara di perut ikan, ia tetap bertasbih kepada Yang Mahakuasa s.w.t. Ikan itu sendiri tampak kelelahan ketika harus berenang cukup jauh. Kemudian ikan itu tertidur di dasar lautan. Sementara itu, Nabi Yunus masih bertasbih kepada Yang Mahakuasa s.w.t. Beliau tidak henti-hentinya bertasbih dan tidak henti-hentinya menangis. Beliau tidak makan, tidak minum, dan tidak bergerak. Beliau berpuasa dan berbuka dengan tasbih. Ikan- ikan yang lain dan tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk yang hidup di dasar lautan mendengar tasbih Nabi Yunus. Tasbih itu berasal dari perut ikan paus ini. Kemudian semua makhluk-makhluk itu berkumpul di sekitar ikan paus itu dan mereka pun ikut bertasbih kepada Yang Mahakuasa s.w.t. Setiap dari mereka bertasbih dengan caranya dan bahasanya sendiri.

Ikan paus yang memakan Nabi Yunus itu terbangun dan mendengar suara- bunyi tasbih begitu riuh dan gemuruh. Ia menyaksikan di dasar lautan terjadi suatu perayaan besar yang dihadiri oleh ikan-ikan dan hewan- binatang lainya, bahkan batu-batuan dan pasir semuanya bertasbih kepada Yang Mahakuasa s.w.t dan ia pun tidak ketinggalan ikut serta bersama mereka bertasbih kepada Yang Mahakuasa s.w.t. Dan ia mulai menyadari bahawa ia sedang menelan seorang Nabi. Ikan paus itu mencicipi ketakutan tetapi ia berkata dalam dirinya mengapa saya takut? Bukankah Yang Mahakuasa s.w.t yang memerintahkan saya untuk memakannya. Nabi Yunus tetap tinggal di perut ikan selama beberapa waktu yang kita tidak mengetahui batasannya. Selama itu juga ia selalu memenuhi hatinya dengan bertasbih kepada Yang Mahakuasa s.w.t dan selalu menampakkan penyesalan dan menangis: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Yang Mahakuasa Yang Maha Suci. Sesungguhnya saya termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." Yang Mahakuasa s.w.t melihat ketulusan taubat Nabi Yunus. Yang Mahakuasa s.w.t mendengar tasbihnya di dalam perut ikan. Kemudian Yang Mahakuasa s.w.t menurunkan perintah kepada ikan itu supaya mengeluarkan Yunus ke permukaan maritim dan membuangnya di suatu pulau yang ditentukan oleh Yang Mahakuasa s.w.t.

Ikan itu pun menaati perintah Ilahi. Tubuh Nabi Yunus mencicipi kepanasan di perut ikan. Beliau tampak sakit, kemudian matahari bersinar dan menyentuh badannya yang kepanasan itu. Beliau berteriak kerana tidak kuatnya menahan rasa sakit namun ia bisa menahan diri dan kembali bertasbih. Kemudian Yang Mahakuasa s.w.t menumbuhkan pohon Yaqthin, yaitu pohon yang daun-daunnya lebar yang sanggup melindungi dari sinar matahari. Dan Yang Mahakuasa s.w.t menyembuhkannya dan mengampuninya. Yang Mahakuasa s.w.t memberitahunya bahawa kalau bukan kerana tasbih yang diucapkannya nescaya ia akan tetap tinggal di perut ikan hingga hari kiamat.

Yang Mahakuasa s.w.t berfirman:

"Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi kemudian dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, nescaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu hingga hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke tempat yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus orang atau lebih. Lalu mereka beriman, kerana itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu." (QS. ash-Shaffat: 139-148)

"Dan (ingatlah  kisah) Dzunnun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, kemudian mereka menyangka bahawa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: 'bahawa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, bahu-membahu saya ialah orang-orang yang zalim.' Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (QS. al-Anbiya': 87-88)

Kita kini ingin membahas problem yang berdasarkan ulama disebut sebagai dosa Nabi Yunus. Apakah Nabi Yunus melaksanakan suatu dosa dalam pengertian yang hakiki, dan apakah para nabi memang berdosa? Jawabannya adalah: Para nabi ialah orang-orang yang maksum tetapi kemaksuman ini tidak bererti bahawa mereka tidak melaksanakan sesuatu yang berdasarkan Yang Mahakuasa s.w.t itu pantas mendapatkan celaan (hukuman). Kaprikornus masalahnya agak relatif. Menurut orang-orang yang akrab dengan Yang Mahakuasa s.w.t: Kebaikkan orang-orang yang baik dianggap keburukaan bagi al-Muqarrabin (orang-orang yang akrab dengan Yang Mahakuasa s.w.t). Ini memang benar. Sekarang, marilah kita amati masalah Nabi Yunus. Beliau meninggalkan desanya yang banyak dipenuhi oleh orang-orang vang menentang. Seandainya ini dilakukan oleh orang biasa atau oleh orang yang saleh selain Nabi Yunus maka hal itu merupakan suatu kebaikan dan kerananya ia diberi pahala. Sebab, ia berusaha menyelamatkan agamanya dari kaum yang durhaka. Tetapi Nabi Yunus ialah seorang Nabi yang diutus oleh Yang Mahakuasa s.w.t kepada mereka. Seharusnya ia memberikan dakwah di jalan Yang Mahakuasa s.w.t dan ia tidak peduli dengan hasil dakwahnya. Tugas ia hanya sekadar memberikan agama. Keluarnya ia dari desa itu - dalam kacamata para nabi - ialah hal yang mengharuskan datangnya pelajaran dari Yang Mahakuasa s.w.t dan hukuman- Nya padanya.

Yang Mahakuasa s.w.t menunjukkan suatu pelajaran kepada Yunus dalam hal dakwah di jalan-Nya. Yang Mahakuasa s.w.t mengutusnya hanya untuk berdakwah. Inilah batasan dakwahnya dan ia tidak perlu peduli dengan kaumnya yang tidak mengikutinya dan kerana itu ia tidak harus menjadi sedih dan marah. Nabi Luth tetap tinggal di kaumnya meskipun selama bertahun- tahun berdakwah ia tidak mendapati seorang pun beriman. Meskipun demikan, Nabi Luth tidak meninggalkan mereka. Ia tidak lari dari keluarganya dan dari desanya. Beliau tetap berdakwah di jalan Yang Mahakuasa s.w.t sehingga tiba perintah Yang Mahakuasa s.w.t melalui para malaikat-Nya yang mengizinkan ia untuk pergi. Saat itulah ia pergi. Seandainya ia pergi sebelumnya nescaya ia akan mendapatkan siksaan ibarat yang diterima oleh Nabi Yunus. Jadi, Nabi Yunus keluar tanpa izin. Lalu perhatikan apa yang terjadi pada kaumnya. Mereka telah beriman sesudah keluamya Nabi Yunus. Yang Mahakuasa s.w.t berfirman:

"Dan mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang beriman, kemudian imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka hingga waktu yang tertentu." (QS. Yunus: 98)

Demikianlah, desa Nabi Yunus beriman. Seandainya ia tetap tinggal bersama mereka nescaya ia akan mengetahuinya dan hatinya menjadi hening serta kemarahannya akan menjadi hilang. Tampaknya ia tergesa-gesa dan tentu perilaku tergesa-gesa ini berangkat dari keinginannya supaya insan beriman. Usaha Nabi Yunus untuk meninggalkan mereka ialah sebagai ungkapan kebenciannya kepada mereka atas ketidakimanan mereka. Maka Yang Mahakuasa s.w.t menghukumnya dan mengajarinya bahawa kiprah seorang nabi hanya memberikan agama. Seorang nabi tidak dibebani urusan keimanan manusia; seorang nabi tidak bertanggung jawab atas pengingkaran manusia; dan seorang nabi tidak sanggup menunjukkan hidayah (petunjuk) kepada mereka.

Yunus bin Matta ialah seorang nabi yang di utuskan oleh Yang Mahakuasa s.w.t untuk berdakwah di sebuah tempat berjulukan Niwana. Nabi Yunus seorang pendatang ke Niwana semata-mata atas perintah Yang Mahakuasa s.w.t untuk berdakwah kepada penduduknya.

Nabi Yunus mendapati penduduk Niwana merupakan insan yang menyekutukan Yang Mahakuasa dengan menyembah berhala. Nabi Yunus mengajar mereka perihal ilmu tauhid dan keimanan. Nabi Yunus juga memberi pesan tersirat kepada mereka perihal kebodohan mereka menyembah berhala sedangkan berhala itu ialah hasil buatan manusia. Nabi Yunus menasihatkan mereka bahawa berhala tersebut tidak sanggup memberi apa-apa manfaat kerana berhala itu dihentikan bergerak dan berkata- kata. Nabi Yunus mengingatkan mereka supaya menyembah Yang Mahakuasa s.w.t yang telah membuat insan dan Yang Mahakuasa sajalah yang wajib ditaati.

Oleh kerana pedoman yang di bawa oleh Nabi Yunus itu pedoman baru, maka tidak ramai insan yang mahu menerimanya. Mereka lebih suka menyembah berhala-berhala yang di sembah oleh datuk nenek mereka secara turun temurun. Walaupun Nabi Yunus memberi nasihat, tetapi mereka tetap berkeras dengan berkata "Ini ialah Tuhan kami (yakni berhala-berhala), datuk nenek kami telah usang menyembah tuhan-tuhan kami dan kami tetap tidak akan berganjak dari meninggalkan agama kami".

Nabi Yunus berkata "Aku hanya menyampai apa yang Yang Mahakuasa menyuruh saya sampaikan kepada kau semua, oleh itu kau beriman dan bertauhidlah berdasarkan agama yang saya bawa sebagai amanat Yang Mahakuasa s.w.t". Berkata Nabi Yunus lagi "Aku ini hanyalah pesuruh yang mana Yang Mahakuasa s.w.t telah perintahkan kepadaku supaya menyelamatkan kau semua daripada lembah kesesatan dan lembah kegelapan serta menyiarkan kepada kau perihal agama yang suci higienis lagi murni dan membersihkan hati-hati kau dari kufur dan syirik, demi untuk kebaikan kau di dunia dan di akhirat."

Walaupaun Nabi Yunus telah memberi pesan tersirat serta pengajaran supaya kembali ke pangkal jalan, mereka tetap dengan pendiriannya dan berkata "walau apa sekalipun kau katakan kepada kami, kami tetap tidak akan berganjak dari agama kami dan kami juga tidak takut walau apa pun ancaman yang kau katakan dan kalau mahu cubalah datangkan ancaman itu kepada kami, kalau kau memang orang yang benar."

Setelah Nabi Yunus melihat keadaan mereka yang tidak mendapatkan peringatannya itu, maka Nabi Yunus pun meninggalkan Niwana dengan rasa amat marah. Nabi Yunus berdoa kepada Yang Mahakuasa supaya mereka yang keras kepala mendapatkan eksekusi yang sewajarnya. Sejak Nabi Yunus meninggalkan Niwana mereka gelisah melihatkan perubahan yang berlaku di tempat tinggal masing-masing.

Penduduk melihat Niwawa mengalami kegelapan, binatang peliharaan mereka juga ibarat tidak tenteram dan di tambah pula dengan angin yang sangat besar lengan berkuasa serta guruh yang mengegarkan. Dengan berlakunya perkara-perkara ini maka tahulah mereka bahawa pedoman yang dibawa oleh Nabi Yunus itu ialah pedoman yang benar dan bukan satu pedoman yang direka. Akhirnya mereka menyesal dan keluar beramai-ramai dari kota pergi ke bukit kemudian meminta ampun dan rahmat Yang Mahakuasa s.w.t supaya dijauhkan daripada sebarang malapetaka.

Yang Mahakuasa s.w.t Maha Mengetahui akan hambaNya yang menyesal dan mohon ampun dariNya, maka Yang Mahakuasa s.w.t pun mendapatkan seruan mereka, kemudian Niwana yang gelap bertukar menjadi cerah, binatang ternakan tidak lagi dalam ketakutan dan mereka kembali tenang. Akhirnya mereka semua kembali dengan bersyukur kepada Yang Mahakuasa s.w.t yang telah menyelamatkan mereka dari ancaman malapetaka. Nabi Yunus telah meninggalkan Niwana membawa diri tanpa tujuan.

Baginda naik bukit turun bulit, naik gunung turun gunung dan kesudahannya ia hingga di pantai. Kebetulan pada masa itu dia melihat sebuah kapal hendak belayar, maka dia pun menghampiri pemilik kapal itu untuk turut serta belayar bersamanya. Setelah diberi keizinan maka Nabi Yunus menumpang kapal tersebut. Dalam pelayaran itu, kapal yang ditumpangi Nabi Yunus telah dilanda ribut taufan yang kuat.

Oleh itu kapten kapal telah memutuskan supaya barang yang dibawa hendaklah dikurangkan. Ini termasuk penghuni kapal kapal tersebut. Satu pengundian telah dibentuk dan dalam undian tersebut Nabi Yunus dipilih sebagai orang yang harus dibuang ke laut. Oleh alasannya ialah Nabi Yunus ialah orang yang sangat dihormati dan disanjung, maka mereka mengadakan pemilihan sekali lagi dan kali kedua Nabi Yunus tetap terpilih.

Maka mereka mengundi sekali lagi dan kesudahannya Nabi Yunus tahu bahawa ia ialah kehendak Allah. Nabi Yunus memikirkan kesalahannya kerana meninggalkan Niwana tanpa mendapat persetujuan Allah. Ia berfikir keputusan undi itu ialah disebabkan untuk menebus dosa yang telah dilakukannya. Nabi Yunus beristikharah, tanpa ragu-ragu Nabi Yunus terjun ke dalam maritim yang sedang bergelombang ganas.

Ketika Nabi Yunus sedang berlawan dengan gelombang, maka Yang Mahakuasa s.w.t mengarahkan seekor ikan nun (yu) supaya menelan Nabi Yunus hidup- hidup, maka ikan nun yang muncul itu pun menelan Nabi Yunus dan menyimpannya dalam perut tanpa ada cacat-celanya. Ketika Nabi Yunus berada dalam perut ikan nun dia berdoa kepada Yang Mahakuasa supaya mengampuni dosa yang telah dilakukan. Lalu Nabi Yunus membaca doa:

لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Laa Ilaaha Illa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minadz Dzalimiin

“Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Engkau. Maha Suci Engkau, bahu-membahu saya ialah termasuk dalam golongan orang-orang yang dzalim …!”
(Al-Anbiya’: 87)

Maka Yang Mahakuasa perkenankan permintaannya dan Yang Mahakuasa lepaskan dia daripada kedukaan. Demikianlah Yang Mahakuasa selamatkan orang yang beriman. Rasulullah bersabda maksudnya:

"Nama yang kuasa yang mulia, siapa yang berdoa dengan nama itu akan diperkenankan doanya. Siapa yang meminta dengan nama itu, akan diberi apa yang diucapkan oleh Nabi Yunus dalam perut ikan nun." Firman Yang Mahakuasa bermaksud "Jika tidak kerana dia (Nabi Yunus) daripada orang yang selalu mengucapkan tasbih, nescaya tidaklah ia sanggup keluar dari perut ikan hingga hari kiamat."

Setelah beberapa usang Nabi Yunus berada dalam perut ikan nun, maka Yang Mahakuasa pun melemparkan Nabi Yunus ke darat. Di tempat Nabi Yunus dilemparkan Yang Mahakuasa menghidupkan pokok labu yang sanggup Nabi Yunus bernaung di bawahnya dan sanggup pula ia makan buat tersebut dan kembali segar. Ketika Nabi Yunus dilemparkan ke darat keadaannya amat letih.


Yang Mahakuasa SWT berfirman:

فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ (142) فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ (143) لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (144) فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ (145) وَأَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ (146) وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ (147) فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ (148) }

“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi kemudian dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, pasti ia akan tetap tinggal di perut ikan itu hingga hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke tempat yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus orang atau lebih. Lalu mereka beriman, lantaran itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (QS. ash-Shaffat: 139-148)


وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88) }

“Dan (ingatlah  kisah) Dzunnun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, kemudian mereka menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: ‘Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, bahu-membahu saya ialah orang-orang yang lalim.’ Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. al-Anbiya’: 87-88)

Nabi Yunus as tidak henti-hentinya memuji Yang Mahakuasa yang telah menyelamatkannya. Beliau tak henti-hentinya beristighfar memohon ampunan Tuhannya. Beliau diperintahkan untuk kembali kepada kaumnya. Yang Mahakuasa memberitahu bahwa sepeninggal beliau, kaumnya sudah bertaubat dan mereka sedang menunggu kedatangan beliau.

Alangkah senangnya ia mendengar kabar ini, dan kemudian ia kembali menuju kaumnya yang sedang menunggu kepulangan beliau.Kaumnya menyambut dengan sangat sukacita dan memohon maaf atas perlakuan mereka selama ini. Mereka menyatakan bertaubat kepada Yang Mahakuasa dan menyembah hanya kepada-Nya. Yang Mahakuasa swt kemudian menunjukkan rahmat, kesenangan dan kebahagiaan kepada kampung Ninawa hingga batas yang ditentukan Yang Mahakuasa swt

Demikian Kisah Teladan Nabi Yunus as yang ditelan Ikan lantaran meninggalkan kaumnya

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Contoh Nabi Yunus As Yang Ditelan Ikan Alasannya Yakni Meninggalkan Kaumnya"

Posting Komentar